Saham Multibagger vs Saham Gorengan

Setiap investor tentunya harus memasang strategi yang tepat sasaran dalam melakukan transaksi jual beli di pasar modal untuk mengantongi profit yang maksimal. Para investor dituntut untuk mencari potensi saham multibagger. Akan tetapi, masih ada saja para investor pemula yang terjebak membeli saham gorengan. Nah, apa saja sih yang membedakan saham multibagger dengan saham gorengan? Yuk simak!

Saham multibagger adalah saham yang undervalue (di bawah harga wajar saham) dengan fundamental perusahaan yang kuat dan memiliki potensi growth dalam memberikan return yang melebihi harga perolehan atau identik dengan saham yang kenaikannya mencapai di atas 10 kali lipat dalam periode tertentu. Namun, saham dengan kenaikan harga hingga ribuan tidak dapat diartikan saham multibagger karena memiliki harga yang jauh lebih tinggi daripada valuenya.

Saham gorengan adalah saham yang pergerakannya direkayasa oleh bandar atau market maker dengan sengaja manipulasi harga saham tersebut untuk mendapatkan profit. Biasanya, bandar menebar isu hoax yang berkaitan dengan kinerja perusahaan atau industri usahanya. Mereka akan mencetuskan target pembelian saham yang telah dipalsukan supaya memicu investor tertarik dengan saham tersebut. Akhirnya, harga saham akan melambung tinggi dan banyak investor mulai melirik saham tersebut. Di saat inilah, bandar akan segera menjual saham tersebut dengan patokan harga jual yang lebih tinggi daripada saat mereka membeli saham tersebut.

Bagaimana caranya menemukan kriteria saham multibagger dan saham gorengan?

Ciri-ciri saham multibagger :

  1. Harga saham undervalue atau lebih murah daripada nilai buku atau intrinsiknya. 
  2. Diterbitkan oleh perusahaan yang berfundamental keuangan yang kuat, memiliki teknik produksi serta kemampuan manajemen yang baik serta mampu bertahan dari gejolak ekonomi dalam jangka panjang.
  3. Memiliki potensi pertumbuhan diatas rata-rata dan stabil dalam beberapa tahun terakhir dengan beban utang perusahaan masih terkendali. Saham multibagger mempunyai earnings per share yang tinggi dan debt to equity ratio yang cenderung rendah yang dimanfaatkan investor untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan.
  4. Memiliki valuasi yang lebih rendah dibandingkan industri sejenisnya.

Ciri-ciri saham gorengan :

  1. Tingkat volatilitas yang sangat tinggi.
  2. Tidak didukung dengan kondisi fundamental yang baik.
  3. Memiliki barrier risiko yang sangat tinggi.
  4. Dikuasai oleh emiten baru walaupun telah terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan.

Para investor diperingatkan untuk berhati-hati di saat memilih saham mana yang mau dibeli karena tentunya ada saham yang menarik perhatian, tetapi pada kenyataannya saham tersebut adalah saham gorengan. Lantas, bagaimana cara agar tidak terjebak saham gorengan?

Cara menghindari saham gorengan :

  1. Menganalisis secara komprehensif. Investor dapat menganalisis bagaimana latar belakang perusahaan, kinerja keuangan perusahaan, hingga nilai valuasi perusahaan.
  2. Memperhatikan Voume dan Nilai Transaksi Harian. Biasanya, saham emiten berkapitalisasi kecil menyandang volume serta nilai transaksi harian yang melonjak bahkan menyamai saham lapis satu (blue chip).
  3. Cermati Unusual Market Activity (UMA). Adanya pergerakan saham yang tidak normal atau terlalu ekstrem dalam kurun waktu lebih dari dua hari yang membuat PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menegur emiten tersebut dengan memasukkannya ke dalam daftar saham emiten dengan status UMA. Ekstrem disini berarti naik hingga auto reject atas (ARA) sebesar 20%-35% per hari, tergantung dari harga sahamnya.

Strategi membeli saham multibagger :

  1. Membeli Saham dengan Price to Earning Ratio (PER) yang Rendah. Perusahaan yang berpotensi dalam pertumbuhan pendapatan yang menjual saham dengan PER rendah memberikan timbal balik yang lebih tinggi dibandingkan saham dengan PER tinggi. 
  2. Membeli Saham dengan Price to Book Value (PBV) yang Rendah. Saham dengan PBV rendah mampu memberikan return yang besar dalam jangka panjang. 
  3. Membeli Saham dengan Harga di Bawah Net Current Asset Value (NCAV). NCAV menjadi tolok ukur yang baik dalam menilai suatu perusahaan jika sewaktu-waktu terjadi likuidasi.
  4. Membeli Saham dengan Benjamin Graham’s Magic Multiple. Graham telah menentukan batas maksimal dari hasil perkalian rasio PER dan PBV, yaitu 22,5. 15 kali untuk PER dan 1,5 kali untuk PBV. Jika nilai kedua rasio melebihi batas tersebut, maka saham dinilai tidak layak beli meskipun berfundamental baik.

Referensi :

https://investasi.kontan.co.id/news/berburu-saham-saham-yang-berpotensi-jadi-multibagger-begini-saran-analis

https://learn.expandana.id/articles/cuan-berkali-kali-lipat-dengan-saham-multibagger-sudah-kenal-istilah-satu-ini

https://www.idxchannel.com/market-news/newbie-harus-tahu-apa-itu-saham-gorengan-ini-ciri-cirinya

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *