Banyak startup yang telah melakukan PHK
Sejumlah perusahaan startup melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Perubahan model bisnis dan skema pasar membuat para perusahaan startup harus menyesuaikan diri. Selain itu, salah satu faktor utamanya adalah, terkait makro ekonomi secara global yang penuh ketidakpastian selama pandemi Covid-19 dua tahun terakhir. Gelombang PHK massal yang kemungkinan besar akan melanda startup di Indonesia dalam waktu dekat semakin memperburuk keadaan yang sudah terjadi karena COVID-19. Per 3 Juni 2022, sudah ada 6 startup di Indonesia yang melakukan PHK yaitu, Zenius, LinkAja, Fabelio, Tanihub, Uang Teman, dan JD.ID. Penyebab dilakukannya PHK bervariasi, ada yang karena melakukan restrukturisasi, belum membayar tanggungan, dan lainnya. Lalu, bagaimana dengan prospek perusahaan-perusahaan startup lainnya kedepannya?
Teknikal
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO)
(dianalisis pada tanggal 12 Juni 2022)
GOTO merupakan perusahaan ekosistem digital berbasis teknologi Indonesia. Secara teknikal, candle terakhir GOTO sudah cukup tinggi, sudah mau menyentuh upper band. Bila sampai tertembus upperband, maka keputusan yang tepat adalah untuk sell. Kemudian, dari indikator stochastic, terlihat bahwa garis K% (biru) sudah mau memotong garis D%(orange) kebawah, menunjukkan sinyal untuk sell. Kedua garis tersebut juga berada di area overbought (>80), menunjukkan sinyal untuk sell. Selain itu, dari indikator MACD, menunjukkan bahwa histogramnya berada di atas level 0 (positif), sedangkan MACD line dan signal line belum menunjukkan akan death cross ataupun golden cross. Maka, keputusan yang tepat dari indikator MACD adalah untuk wait and see.
PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS)
(dianalisis pada tanggal 3 Juni 2022)
MCAS merupakan penyedia self-kiosk digital dan layanan solusi IT yang inovatif. Secara teknikal, pada tanggal 3 Juni 2022, candle terakhir MCAS sudah mau menembus upperband. Jika sudah tertembus upperband, maka keputusan yang tepat untuk dilakukan adalah untuk sell. Kemudian, dari indikator stochastic, garis %K dan %D berada di area overbought (>80), artinya pertanda untuk sell. Dari indikator MACD,histogram berada diatas level 0 (positif), MACD line (biru) dan signal line (orange) juga berada diatas level 0 (pertanda uptrend), namun belum ada tanda golden cross maupun deathcross, sehingga keputusan yang tepat adalah untuk wait and see.
JD.COM (JD) – Nasdaq
(Dianalisis pada tanggal 12 Juni 2022)
JD.com adalah perusahaan retail online / e-commerce asal China yang menaungi JD.ID (JD Indonesia). Secara teknikal, kita dapat mengambil keputusan berdasarkan ketiga indikator berikut. Pada Bollinger Band, chart sudah bergerak naik hingga hampir menyentuh upper band yang artinya akan terjadi downtrend, keputusan yang bisa diambil adalah sell. Kemudian pada stochastic, garis biru baru saja memotong garis orange ke bawah atau bisa disebut deathcross, menunjukkan sinyal untuk sel. Dari MACD, garis MACD dan garis signal sudah sempat golden cross sebelum bulan Juni, namun kemudian belum ada indikasi akan golden cross ataupun death cross. Dari histogram, berada diatas level 0 (positif), jadi keputusan yang dapat diambil dilihat dari indikator MACD adalah wait and see.
Emiten Startup sudah mulai lesu
Dari tiga contoh emiten startup yang dianalisis, secara teknikal menunjukkan bahwa masih belum saatnya/tidak direkomendasikan untuk beli. Artinya, emiten startup sekarang ini sudah mulai lesu, hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti masalah makro ekonomi akibat adanya pandemi Covid-19, adanya restrukturisasi, perubahan strategi bisnis, dan lainnya. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar dan pangan yang berkelanjutan, pandemi yang sedang berlangsung dan konflik geopolitik yang terjadi, inflasi yang tidak terkendali, kenaikan suku bunga, dan resesi sekaligus menjadi penyebab lesunya emiten startup.
Perlu diketahui, bahwa PHK pada perusahaan startup tidak hanya marak terjadi di Indonesia. Fenomena serupa juga terjadi di seluruh dunia. Melansir dariĀ moneycontrol.com, PHK startup ini disebut sebagai akibat dari pergeseran hal-hal yang bernilai profit serta akuisisi pelanggan yang tidak terkendali. Maka, permasalahan ini bukan hanya terjadi di Indonesia, namun negara-negara lain juga mengalami. Di samping itu, terjadi resesi atau pelemahan ekonomi yang terjadi di sejumlah negara akibat pandemi Covid-19.
Author:
Christovan Yesayas
Kevin Sukma A